Pandangan Wanita Tentang Pernikahan

Saat wanita masih seorang gadis, yang ada di benaknya dan yang kemudian menjadi tekadnya adalah keinginan menjadi isteri sholehah yang taat dan selalu tersenyum manis. Pendeknya, ingin memberikan yang terbaik bagi suaminya kelak sebagai jalan pintas menuju surga.


Tekad itu diperolehnya setelah mengikuti berbagai 'tabligh', ceramah, dan seminar serta membaca sendiri berbagai risalah. Bahkan banyak pula ayat Al-Qur'an dan Hadits yang berkaitan dengan hal itu telah dihafalnya, seperti "Ar Rijalu qowwamuna alan nisaa'...","Faso- lihatu qonitatu hafizhotu lilghoibi bima afizhallah..." (QS. An-Nisa ayat 34). Juga Hadits :"Ad dunya ata', wa khoiru mata'iha al mar'atus sholihat." (dunia adalah perhiasan dan
sebaik-baik perhiasan adalah isteri sholehah). Atau, hadits "Wanita sholehah adalah yang menyenangkan bila dipandang, taat bila disuruh dan menjaga apa-apa yang diamanahkan padanya. Begitu pula hadits "Jika seorang isteri sholat lima
waktu, shaum di bulan Ramadhan dan menjaga kehormatan dirinya serta suaminya dalam keadaan ridha padanya saat ia mati, maka ia boleh masuk surga lewat pintu yang mana saja. (HR Ahmad dan Thabrani). Hadits yang berat dan seram pun
dihafalnya, "Jika manusia boleh menyembah manusia lainnya, maka aku perintahkan isteri menyembah suaminya." (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban)

Figur isteri yang sholehah, taat, dan setia serta qona'ah seperti Khadijah r.a. benar-benar terpatri kuat di benak seorang wanita dan jelas ingin ditirunya. Maka, tatkala Allah SWT telah menakdirkan ia mendapat jodoh seorang Muslim yang
sholih, 'alim dan berkomitmen penuh pada Islam, san wanita pun melangkah ke gerbang pernikahan dengan mantap. Begitu khidmat dan khusyu karena kesadaran penuh untuk beribadah dan menjadikan jihad dan syahid sebagai tujuan hidup berumah tangga.


Previous
Next Post »